Trending

Born to be a Winner

Di semifinal, ketika bidak Menteri sudah dimakan oleh musuh,si anak kecil itu agak sedikit lemas. Dia agak sedikit pesimis untuk bisa memenangkan pertandingan caturnya. Tapi, sedikit demi sedikit, langkah demi langkah, si anak kecil itu mulai menguasai pertandingannya.
Perlahan namun pasti, si anak kecil itu mulai memutar otaknya untuk dapat memakan bidak-bidak catur milik musuhnya. Dan tinggal tiga langkah lagi, si anak kecil itu akan menyelesaikan pertandingannya.
Dua langkah menuju kemenangannya, si anak kecil sudah terlihat bahagia, ketika dia sudah mengetahui bahwa langkah-langkahnya akan mematikan musuhnya. Si anak kecil itu sudah tersenyum sendiri di dalam hatinya. Dan tibalah saatnya untuk langkah terakhir. Skak. Dan matilah bidak raja dari musuhnya.
Si anak memang masih kecil. Baru kelas 2 SD anak itu bersekolah. Tapi nyalinya untuk mengikuti pertandingan catur di debutnyalah yang membuat dia bisa berkecimpung di dunia permainan makan dan mati di atas papan. Semua berawal dari kepintaran kakaknya yang sedari kecil si anak kecil itu, diajari tentang cara bermain catur. Hingga kelas 2 SD, si anak kecil itu turun di pertandingan. Debutnya adalah Pertandingan Tingkat Terrendah di strata Nasional. Ya. Tingkat RT. Hehehehe. Tapi, walaupun tingkat RT, nyali si anak kecil itu patut diacungi, karena si anak kecil itu berani tampil di depan "publik" RT, dan menemui musuh-musuhnya yang jauh lebih berpengalaman dalam pertandingan, dan jauh lebih tua di bandingkan si anak kecil itu.
Skak. Matilah bidak Raja musuh si anak kecil itu. Bidak Raja sudah tidak bisa melangkah ke kanan, ke kiri, ke atas, ke bawah, maupun menyilang. Keberhasilan si anak kecil itu di dalam memikirkan langkah-langkah selanjutnya, ketika bidak mentrinya di awal pertandingan sudah dimakan oleh bidak-bidak musuhnya di awal pertandingannya, membuat kemenangannya. Kemenangan itu membuatnya maju ke babak selanjutnya. Babak penentuan untuk memilih seorang Champion.
Tibalah saat yang ditunggu-tunggu oleh si anak kecil itu. Mulailah si anak kecil itu menata bidak-bidak di atas papan. Di antara kerumunan banyak orang, di antara orang tua-orang tua, dan di antara panitia lomba. Mulai melangkahkan bidak andalannya. Mulai memikirkan langkah-langkah selanjutnya. Mulai memakan bidak-bidak milik musuh, dan mulai skak-skak ke bidak Raja musuh.
Si anak menggunakan strategi yang diajarkan oleh Kakak pinternya. Si anak mulai tiduran di atas meja pertandingan. Si anak mulai berlama-lama menjalankan bidak-bidaknya, supaya konsentrasi musuhnya buyar. Bila sudah buyar, si anak hanya tinggal men-skak.Dan matilah bidak Raja musuhnya.
Tapi apa yang terjadi. Musuhnya jauh lebih, lebih, dan lebih berpengalaman. Musuhnya pun jauh lebih tua dari si anak kecil itu. Musuhnya jauh sudah mempelajari strategi yang dilakukan olwh si anak kecil itu. Dan akhirnya..skak bagi bidak Raja si anak kecil itu.
Si anak terlihat sangat sedih ketika kemenangannya itu direbut leh musuhnya. Tapi, si anak kecil itu pun bangga, karena dari sekian banyak pemain, hanya dia yang berusia di bawah rata-rata. Walaupun tidak juara utama, namun dengan secondary win itu pun sudah membuat si anak kecil itu berbangga.
Di rumah, si anak kecil itu mendapat sanjungan yang membuatnya lebih bangga. Dari orangtuanya dan kakak-kakaknya. Bukan hadiah yang bernilai mahal yang membuat si anak kecil itu bangga. Tapi lebih kepada nilai "Juara"nya si anak kecil itu berbangga.

nyonk_ari

Saya dalam bahasa PurwoertBronx-nya adalah "nyonk". Nyonk adalah aku. Aku punya nama. Namaku adalah Ari. Jadi Saya adalah Ari. Dalam bahasa PurwokertBronx-nya, nyonk adalah ari. Atau kalau diperpendek, nyonk ari. Jadi, nickname saya biar jadi pendek adalah nyonk_ari.

1 Komentar

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak